Lowongan Kerja dan Karir

Menolak Tanpa Berkata "Tidak" pada Bos

Kadang-kadang Anda merasa, ide bos Anda terdengar sedikit bodoh. Atau, mungkin pernah Anda mengalami, jam kerja sudah lewat dan tiba saatnya pulang tapi bos memanggil dan mengajak Anda meeting. Pendek kata, ada saat ketika Anda merasa harus berkata tidak pada bos. Tapi, itu tak pernah terkatakan sehingga Anda berada dalam situasi penuh tekanan dan keterpaksaan yang tidak mengenakkan. Satu-dua kali sih, fine-fine aja. Tapi, lama-kelamaan Anda jadi stres juga. Sebab, pada kenyataannya, hal seperti itu lebih sering terjadi ketimbang tidak.

Berurusan dengan atasan pada dasarnya memang seperti memasuki sebuah wilayah yang rumit. Pada umumnya, yang namanya bos, karena jabatannya yang lebih tinggi, cenderung tidak bisa menerima penolakan dari anak buahnya. Oleh karenanya, perlu trik tersendiri untuk menolak segala sesuatu yang datang dari atasan yang menurut Anda "salah". Hal pertama yang perlu diingat, menolak tak selalu identik dengan berkata "tidak". Ada frasa yang lebih halus untuk menggantikannya, sehingga di telinga bos tidak serta-merta terdengar sebagai suatu penolakan. Sinonim dari "tidak" adalah "oke, tapi..."

Penting untuk diperhatikan sejak awal dalam hal ini adalah sejauh mana Anda memahami bos Anda. Dengan kata lain, kenali bos Anda, atasan "macam apa" dia. Banyak bos yang tipenya "tidak mau tahu", dan apa pun argumentasi Anda, bos semacam itu akan dengan enteng membalas dengan kata yang sama, "tidak". Mereka seperti orang tua di rumah yang tidak mau dibantah. Hendaknya Anda mengerti betul sifat-sifat bos Anda, sehingga bisa men-set ekspektasi sejak awal.

Lebih jauh, berikut tips untuk membantu agar penolakan Anda kepada bos berjalan dengan mulus:

-- Sepakati sejak awal bahwa bos Anda tidak ingin Anda menjadi "yes man".

-- Pastikan bos Anda tidak salah paham mengenai penolakan Anda. Bos perlu tahu apa makna kata "tidak" yang Anda ucapkan: apakah sekedar "tidak mau" atau memang Anda alasan yang masuk akal.

-- Menyelaraskan diri dengan tujuan atasan. Kalau perlu gunakan data untuk menunjukkan bahwa penolakan Anda justru menguntungkan bagi bos Anda.

-- Jadikan semua itu sebagai dorongan atau tantangan. Suatu saat jika kelak Anda menjadi atasan, Anda akan lebih bisa berempati dengan anak buah.

Sumber : portalhr.com

Download Lagu, Download Software & Download film

Disamping mencari pekerjaan di internet, kadangkala kita juga ingin mencari hal-hal baru di internet dengan cara mendownload. Banyak download gratis di tawarkan di internet. Film, lagu, ataupun macam-macam software.
Biasanya kita membuka internet, kita ingin mencari lagu lagu terbaru, lagu favorit, lagu kenangan, lagu pop, lagu dangdut, lagu campur sari, lagu anak-anak, lagu perjuangan, lagu rohani, lagu pujian, lagu barat, lagu jazz, lagu rock, lagu slow rock, lagu kenangan, lagu jawa, lagu hit, lagu populer dan masih macam lagu yang ada. Asal kita tahu judul lagunya maka kita akan bisa mendapatkannya secara gratis di sini :Download Lagu, Gratis. Kita juga bisa mendapatkan film-film bagus di sini. Asal kita tahu judul filmnya. Untuk download film :Download film, Gratis.

Kita juga sering mencari macam-macam software. Banyak software gratis yang bisa kita dapatkan dengan download di sini :Download Software, Gratis.

Untuk download yang film - film yang lebih lengkap bisa dilakukan di sini. Tinggal menulis kata-kata yang ingin di cari. :Download film Indonesia & luar negeri, Gratis.


Semoga semuanya bisa bermanfaat bagi para pengunjung.

Pertimbangkan dengan Bijak Sebelum Teken Kontrak

Bagi mereka yang baru lulus dari universitas, dunia kerja boleh jadi merupakan babak awal di mana hidup seolah-olah memasuki “dunia nyata”. Oleh karenanya, sungguh penting bagi para lulusan yang sedang mendapatkan pekerjaan pertama untuk memperhatikan banyak hal sebelum menandatangani kontrak alias menerima pekerjaan itu.
Saran untuk membuat pertimbangan masak-masak sebelum meneken kontrak tentu tidak hanya berlaku bagi lulusan baru yang pertama kali memasuki dunia kerja. Bagi mereka yang mendapat tawaran kerja baru dari perusahaan lain, atau pindah ke tempat kerja baru untuk memulai karir yang baru, tetap penting untuk memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Pertimbangkan harapan-harapan yang realistik terhadap gaji. Jika ini kontrak kerja pertama Anda, maka sebaiknya Anda sudah punya gambaran mengenai gaji lulusan baru untuk industri yang bersangkutan, sehingga permintaan Anda sesuai proporsi. Jika kasusnya adalah Anda sedang pindah kerja untuk memulai karir baru, jangan serta-merta berasumsi bahwa Anda “berhak” atas gaji yang berlipat-lipat. Kembalikan ke tujuan utama Anda pindah kerja, di samping juga pertimbangkan kondisi perusahaan
2. Perhatikan paket(-pake) benefit yang ditawarkan. Ingat bahwa gaji Anda hanyalah salah satu komponen dari sebuah paket yang disediakan perusahaan. Jangan sungkan untuk menanyakan, apa saja benefit lain yang ditawarkan, dan bandingkan lebih baik mana dengan yang Anda terima di perusahaan sebelumnya.
3. Ingatlah sejak awal bahwa kepuasan kerja merupakan sesuatu yang lebih penting dibandingkan dengan berapa rupiah yang bisa Anda bawa pulang. Ini sering dilupakan oleh para pencari kerja pertama maupun mereka yang pindah kerja. Berapa pun gaji dan bonus yang Anda terima, kalau Anda membenci pekerjaan Anda, maka Anda tidak akan bahagia.
4. Ambilah keputusan berdasarkan situasi dan kondisi yang “nyata”, dan bukan berdasar “bagaimana seandainya”. Jangan khawatir apa yang akan terjadi jika semua itu menuntur ke jalan sukses bagi pekerjaan baru Anda. Yang penting, apa yang bisa Anda lakukan sekarang.
5. Ingatlah bahwa mencari pekerjaan adalah (bagian dari) keseluruhan pekerjaan itu sendiri. Jika Anda sedang ingin melakukan perubahan, Anda perlu sebuah pendekatan yang melihat perubahan itu seperti sebuah proyek pekerjaan. Rencanakan segala sesuatunya agar berjalan sesuai keinginan.

Sumber : portalhr.com

Berapa Gaji yang “Harus” Saya Minta?

Bagian yang paling merepotkan dalam proses wawancara kerja adalah menjawab pertanyaan mengenai gaji yang diminta. Banyak orang merasa “serba salah”, menyebut angka yang terlalu rendah takut dianggap kualitas juga rendah, menyebut angka terlalu tinggi, khawatir perusahaan tidak mampu membayar sehingga menyebabkan yang bersangkutan tidak jadi diterima.
Saran yang sering terdengar, sebutlah angka yang standar. Ini juga tak kalah ribetnya: yang standar itu seberapa? Belum lagi kesan yang muncul bahwa orang yang menjawab sesuai standar berarti tidak memahami keunggulan dirinya.
Bukan Tabu
Saat ini, negosiasi mengenai gaji tidak lagi dipandang tabu oleh sebagian besar perusahaan, namun Anda diharapkan mengumpulkan informasi dulu agar dapat bernegosiasi dengan baik. Lakukan survei terlebih dahulu, sampai sejauh yang bisa Anda lakukan.
Survei
Cek ke teman atau teman dari teman yang mempunyai pekerjaan sejenis di perusahaan yang sejenis. Apabila Anda tidak bisa memperoleh data yang diinginkan, carilah informasi mengenai gaji dari pekerjaan lain yang satu level dalam tingkatan korporasinya, tapi di perusahaan sejenis, atau pekerjaan sejenis di perusahaan yang berbeda jenis atau skala.
Tiga Faktor
Perlu diingat, pekerjaan sejenis di perusahaan sejenis juga belum tentu mewakili nilai (gaji) yang sama. Gaji ditentukan oleh 3 faktor: harga pekerjaannya, harga orang yang memegang jabatan atau pekerjaan tersebut, dan harga pasar. Cari tahu juga, apakah gaji tersebut merupakan harga pekerjaannya sendiri atau harga pemegang jabatannya.
Tentukan BATNA Anda
Apa itu? Best Alternative to a Negotiated Agreement. Caranya:
Pertama, cek diri sendiri, apakah Anda pindah karena gaji, karir, ketenangan kerja, stabilitas atau hal lain. Kalau Anda pindah bukan karena alasan gaji, maka gaji tidak perlu terlalu difokuskan dalam negosiasi, yang berarti permintaan bisa berkisar dari 0-10% dari gaji sekarang. Seandainya gaji menjadi faktor penting buat Anda dan menjadi motif Anda pindah kerja, maka Anda perlu kombinasi antara peningkatan 10%-25% dari gaji sekarang dengan hasil survei Anda. Seandainya hasil survei Anda menemukan bahwa standar di luar sana jauh lebih besar, katakanlah 50% dari gaji Anda, bukan berarti Anda bisa langsung mengajukan angka. Dan, hasil survei yang lebih bisa dipakai adalah harga pekerjaan, bukan harga pemegang jabatannya.
Persepsi Perusahaan
Kedua, ingat selalu: persepsi perusahaan mengenai tingkat kemampuan Anda antara lain ditentukan oleh seberapa tinggi gaji Anda sekarang. Jadi, mereka bisa saja melihat Anda sebagai seseorang yang sedang mencari “peruntungan” dengan meminta gaji lebih tinggi. Efektifnya adalah “win-win”: Anda bisa menentukan nilai tengah dari jangkauan 10%-50% (sekitar 30%-35%). Dan, inilah cara Anda menentukan BATNA: tentukan harga yang hendak Anda minta, tentukan bottom-line Anda apabila terjadi negosiasi, dan stick to it. Artinya, Anda bisa dengan percaya diri meminta, dan berani walk away apabila tidak sesuai dengan permitaan Anda.
Tips Lanjutan (1)
Jadi, “Berapa gaji yang Anda minta?” Rahasianya bukan pada angkanya, tapi kalimat yang membungkus permintaan Anda tersebut. Misalnya, “Saya akan sangat senang apabila memperoleh gaji Rp…, tapi Bapak/Ibu tentu sudah melihat CV saya dan mempunyai gambaran sendiri mengenai nilai yang bisa saya kontribusikan ke perusahaan ini, dan tentunya Bapak/Ibu yang tahu bagaimana kemampuan dan harapan saya bisa cocok dengan standar perusahaan ini, jadi saya akan sangat senang apabila bisa mendengar juga dari Bapak/Ibu, kira-kira berapa yang ditawarkan kepada saya.”
Tips Lanjutan (2)
Apabila pertanyaan tentang gaji ini muncul terlalu awal, ada baiknya Anda tidak langsung menjawab. Kalau ini terjadi, Anda justru mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menunjukkan citra profesional Anda! Katakanlah, misalnya, “Apabila Bapak/Ibu tidak berkeberatan, saya ingin tahu lebih jauh dulu tentang peran dan tanggung jawab pekerjaan saya sebelum menjawab pertanyaan ini. Saya belum mendapat atau merasakan gambaran utuhnya.”
Kesimpulan
Jadi: lakukan survei, tentukan BATNA, bungkus permintaan Anda dengan citra yang baik, dan ungkapkan pada saat yang tepat!
Sumber : portalhr.com